Program Studi Teknik Informatika (TI) Soegijapranata Catholic University (SCU) menggelar Webinar “AI-Powered Learning in Education” pada Sabtu, 22 Februari 2025. Webinar ini terkhusus diikuti oleh 169 guru dari jenjang TK hingga SMP yang dinaungi Yayasan Santa Louisa Kediri.
Tujuannya untuk memberikan pengetahuan terkait peran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam kegiatan belajar mengajar. Webinar ini juga membahas penggunaan AI dalam edukasi, termasuk asisten virtual, pembelajaran personalisasi, gamifikasi, hingga evaluasi.
Dosen TI SCU Robertus Setiawan Aji Nugroho, PhD turut hadir di tengah para guru untuk membantu mereka memahami cara kerja AI serta mengeksplorasi berbagai aplikasi pendidikan berbasis AI.
“Harapannya mereka dapat mengintegrasikan teknologi tersebut dalam metode pengajaran agar lebih sesuai dengan kebutuhan siswa di era digital,” sambung Ketua Program Pelatihan Shinta Estri Wahyuningrum, MCs.
Implementasi penggunaan AI secara efektif menurutnya dirasa perlu untuk mendukung proses pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa.
Lebih lanjut, Shinta menjelaskan forum tersebut berfokus pada pemanfaatan AI untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. “Topik ini diangkat berdasarkan permintaan Yayasan Santa Louisa Kediri. Mereka ingin membekali para guru dengan keterampilan dalam menggunakan aplikasi berbasis AI,” tandasnya.
Ia menambahkan para guru dapat memanfaatkan AI dalam menyusun materi, menilai tugas, dan menganalisis perkembangan siswa. Peserta didik pun dapat belajar lebih adaptif dengan latihan soal, rekomendasi materi, dan bimbingan belajar yang interaktif.
Rangkaian Pelatihan
Kaprodi TI SCU Rosita Herawati, MIT menjelaskan webinar ini merupakan salah satu rangkaian pelatihan yang diberikan program studinya kepada para guru di Yayasan Santa Louisa.
Selain webinar, dihadirkan pula Pelatihan Training of Trainer (ToT) intensif pada 1-2 Maret 2025 di yayasan tersebut. Pelatihan mencakup pemahaman dasar dan penggunaan aplikasi AI dalam pembelajaran serta paktik langsung dalam penerapannya di ruang kelas.
Tujuannya untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran dan meningkatkan keterlibatan siswa dengan dukungan aplikasi berbasis AI. “Kita tidak bisa menghindari penggunaan AI dalam pembelajaran. Alih-alih hanya sebagai mesin pemberi jawaban, AI bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mendukung peran sebagai seorang pengajar,” ujar Rosita.
Menurutnya, guru dapat mendorong para siswa untuk menggunakan AI sebagai sarana eksplorasi, lalu mengkritisi jawaban yang diberikan agar mengantisipasi potensi bias oleh teknologi tersebut. Dengan begitu, Rosita menilai peserta didik dapat aktif berpikir kritis, diuji pemahamannya, serta dikembangkan keterampilannya.
“Mereka bisa diajarkan cara membuat prompt yang baik bagaimana, agar jawaban yang diberikan sesuai. Tapi, jangan lupa untuk mengajak menilai, apakah informasi yang diberikan masuk akal atau tidak,” tutupnya.
